Klik Disini untuk mendownload buku fisika gratiis!!!

Kamis, 26 Juni 2008

Segitiga Bermuda

Tak semua pertanyaan ada jawabannya. Demikian pula
dengan sejumlah peristiwa dan fenomena alam di bumi
ini. Tak semua (belum) bisa dijelaskan. Mulai edisi
ini, Angkasa mencoba mengangkatnya. Menarik untuk
diikuti.

Bagi Anda yang gemar kisah misteri, pasti mengenal
Segitiga Bermuda. Wilayah laut di selatan Amerika
Serikat dengan titik sudut Miami (di Florida), Puerto
Rico (Jamaica), dan Bermuda ini, telah berabad-abad
menyimpan kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi
misteri bahkan telah dicatat oleh pengelana samudera
macam Christopher Columbus.

Sekitar 1492, ketika dirinya akan mengakhiri
perjalanan jauhnya menuju dunia barunya, Amerika,
Columbus sempat menyaksikan fenomena aneh di wilayah
ini. Di tengah suasana laut yang terasa aneh, jarum
kompas di kapalnya beberapa kali berubah-ubah. Padahal
cuaca saat itu begitu baik.

Lebih dari itu, tak jauh dari kapal, pada suatu malam
tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya
bola-bola api yang terjun begitu saja ke dalam laut.
Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah ufuk
yang kemudian menghilang begitu saja.

Begitulah Segitiga Bermuda. Di wilayah ini, indera
keenam memang seperti dihantui 'suasana' yang tak
biasa. Namun begitu rombongan Columbus masih terbilang
beruntung, karena hanya disuguhi 'pertunjukkan'. Lain
dengan pelintas-pelintas yang lain.

Menurut catatan kebaharian, peristiwa terbesar yang
pernah terjadi di wilayah ini adalah lenyapnya sebuah
kapal berbendera Inggris, Atalanta, pada 1880. Tanpa
jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga ratus
kadet dan perwira AL Inggris itu raib di sana. Selain
Atalanta, Segitiga Bermuda juga telah menelan ratusan
kapal lainnya.

Di lain kisah, Segitiga Bermuda juga telah membungkam
puluhan pesawat yang melintasinya. Peristiwa terbesar
yang kemudian terkuak sekitar 1990 lalu adalah raibnya
iring-iringan lima Grumman TBF Avenger AL AS yang
tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada siang
hari 5 Desember 1945. Setelah sekitar dua jam
penerbangan komandan penerbangan melapor, bahwa
dirinya dan anak buahnya seperti mengalami
disorientasi. Beberapa menit kemudian kelima TBF
Avenger ini pun raib tanpa sempat memberi sinyal SOS.

Anehnya, misteri Avenger tak berujung di situ saja.
Ketika sebuah pesawat SAR jenis Martin PBM-3 Mariner
dikirim mencarinya, pesawat amfibi gembrot dengan
tigabelas awak ini pun ikut-ikutan lenyap. Hilang bak
ditelan udara. Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah
laut yang diduga menjadi tempat kecelakaan keenam
pesawat disapu enam pesawat penyelamat pantai dengan
27 awak, tak satu pun serpihan pesawat ditemukan.
Ajaib.

Tahun demi tahun berlalu. Sekitar 1990, tanpa dinyana
seorang peneliti berhasil menemukan onggokan kerangka
pesawat di lepas pantai Fort Launderdale, Florida.
Betapa terkejutnya orang-orang yang menyaksikan.
Karena, ketika dicocok kan, onggokan metal itu
ternyata bagian dari kelima TBF Avenger.

Hilangnya C-119
Kisah ajaib lainnya adalah hilangnya pesawat transpor
C-119 Flying Boxcar pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun
mesin ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu
pukul 7.47 lepas landas dari Lanud Homestead. Pesawat
dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan Terbang
Grand Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul
11.23.

Pesawat ini sebenarnya hampir menuntaskan
perjalanannya. Hal ini diketahui dari kontak radio
yang masih terdengar hingga pukul 11. Sesungguhnya
memang tak ada yang mencurigakan. Kerusakan teknis
juga tak pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah
sampai tujuan.

"Dalam kontak radio terakhir tak ada indikasi apa-apa
bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah
itu kami kehilangan jejaknya," begitu ungkap juru
bicara Penyelamat Pantai Miami. "Besar kemungkinan
pesawat mengalami masalah kendali arah (steering
trouble) hingga nyasar ke lain arah," tambahnya.

Seketika itu pula tim SAR terbang menyapu wilayah
seluas 100.000 mil persegi yang diduga menjadi tempat
kandasnya C-119. Namun hasilnya benar-benar nihil.
Sama seperti hilangnya pesawat-pesawat lainnya di
wilayah ini, tak satu pun serpihan pesawat atau tubuh
manusia ditemukan.

"Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah
selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak,"
demikian komentar seorang veteran penerbang Perang
Dunia II.

Seseorang dari Tim SAR mengatakan, kemungkinan pesawat
jatuh di antara Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa
karena masalah struktur, ledakan, atau kerusakan
mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio
memang pasti tak akan pernah terjadi, tetapi
seharusnya kami bisa menemukan serpihan pecahannya.
Begitu pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya
sang pilot bisa melakukan ditching (pendaratan darurat
di atas air). Pasalnya, cuaca saat itu dalam keadaan
baik. Dalam arti langit cerah, ombak hanya sekitar
satu meter, dan angin hanya 15 knot.

Analisis selanjutnya memang mengembang kemana-mana.
Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119
Flying Boxcar pun terpendam begitu saja, sampai
akhirnya pada tahun 1973 terbit artikel dari
International UFO Bureau yang mengingatkan kembali
sejumlah orang pada kasus ajaib tersebut.

Dalam artikel ini dimuat kesaksian astronot Gemini IV,
James McDivitt dan Edward H. White II, yang justru
membuat runyam masalah. Rupanya pada saat-saat di
sekitar raibnya C-119, dia kebetulan tengah mengamati
wilayah di sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang
sedang mengawang-awang di sana. Menurut catatan NASA,
pada 3 sampai 7 Juni 1965 keduanya tengah melakukan
eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini dengan
perlengkapan yang dirahasiakan.

Menurut Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal
(UFO) dengan semacam lengan mekanik kedapatan sedang
meluncur di atas Karibia. Beberapa menit kemudian Ed
White pun menyaksikan obyek lainnya yang serupa. Sejak
itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para
ilmuwan pun segera tertarik menguji kesaksian ini. Tak
mau percaya begitu saja, mereka mengkonfirmasi obyek
yang dilihat kedua astronot dengan satelit-satelit
yang ada disekitar Gemini IV. Boleh jadi 'kan yang
mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga kini
pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap
kehadiran UFO.

Ketika itu kepada kedua astronot disodori gambar
Pegasus 2, satelit raksasa yang memang memiliki antene
mirip lengan sepanjang 32 meter dan sejumlah sampah
satelit yang ada di sekitar itu. Namun baik dari
bentuk dan jarak, mereka menyanggah jika telah salah
lihat.

"Sekali lagi saya tegaskan, dengan menyebut UFO 'kan
tak berarti saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari
planet lain. Pengertian UFO sangat universal. Bahwa
jika saya melihat pesawat yang menurut penilaian saya
tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya
sebagai UFO?" sergah Divitt.

Begitulah kasus C-119 Flying Boxcar yang tak pernah
terpecahkan hingga kini. Diantara kapal atau pesawat
yang raib di wilayah Segitiga Bermuda kisahnya memang
senantiasa sama. Terjadi ketika cuaca sedang baik, tak
ada masalah teknis, kontak radio berjalan biasa,
tetapi si pelintas tiba-tiba menghilang begitu saja.
Tanpa meninggalkan jejak sama sekali.

Banyak teori kemudian dihubung-hubungkan dengan segala
kejadian di sana. Ada yang menyebut teori pelengkungan
waktu, medan gravitasi terbalik, abrasi atmosfer, dan
ada juga teori anomali magnetik-gravitasi. Selain itu
ada juga yang mengaitkannya dengan fenomena gampa
laut, serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam
(black-hole) yang hanya terjadi di angkasa luar sana.
Aneh-aneh memang analisanya, namun tetap saja tak ada
satu pun yang bisa menjelaskannya.

0 komentar:

maRi naK cakap,,,,,,


Free chat widget @ ShoutMix
 
Copyright 2009 Physics_community..... Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan